Macroeconomics and Finance Brief Update – Juni 2025

Ketahanan Di Tengah Turbulensi: Respons Kebijakan & Prospek Ekonomi Indonesia Menghadapi Perlambatan Global

  • Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat ke 2,3% pada 2025, dipicu tekanan struktural, konflik geopolitik, dan pengetatan moneter. Negara maju tumbuh lemah (AS 1,4%, Euro dan Jepang 0,7%), sementara Indonesia tetap tangguh di 4,7%. Lonjakan WUI ke level tertinggi mencerminkan ketidakpastian sistemik. ASTiongkok alami ketegangan dagang, namun keduanya beradaptasi melalui diversifikasi dan transformasi industri.
  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke 4,87% (YoY) pada kuartal I 2025, terendah dalam tiga tahun terakhir, akibat pelemahan konsumsi (4,9%) dan investasi (2,1%). PMI manufaktur anjlok ke 46,7 pada April, sedikit membaik ke 47,4 di Mei namun masih kontraksi. Fitch menurunkan proyeksi pertumbuhan ke 4,9%. Pemerintah merespons dengan stimulus Rp24,44 triliun, termasuk diskon transportasi, bansos, BSU, dan insentif JKK.
  • Bank Indonesia menurunkan suku bunga ke 5,5% pada Mei 2025 sebagai respons terhadap inflasi yang turun ke 1,6% dan perlambatan konsumsi. Rupiah menguat 1,87%, memberikan ruang pelonggaran moneter. Di Asia, dinamika moneter bervariasi, dengan sebagian negara tetap hati-hati. Inflasi domestik terkendali namun tekanan dari sektor jasa dan harga bergejolak meningkat. Sektor perbankan likuid, namun ekspansi kredit tetap selektif.
  • Hingga April 2025, APBN mencatat surplus tipis Rp4,3 triliun (0,22% PDB) dengan pendapatan negara Rp516,1 triliun (17,2% target) dan belanja Rp806,2 triliun (22,3% target). Penerimaan pajak menjadi kontributor utama Rp322,6 triliun, meski masih tertekan perlambatan ekonomi dan gangguan sistem. Pemerintah menarik utang baru Rp304 triliun (39,2% target) dan menargetkan defisit APBN 2026 di kisaran 2,48–2,53% PDB. Program MBG 2025 mendapat alokasi awal Rp71 triliun dari total Rp450 triliun hingga 2029

Hari & Tanggal

Waktu

Live

Bagikan

Penulis

Publikasi Terkait