Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menggelar diskusi publik membahas tantangan sektor industri dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia agar mencapai target 8%. Prof. Ahmad Badawi Saluy dari Universitas Paramadina mengungkapkan bahwa tren pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2011 cenderung menurun. Pada triwulan keempat 2024, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,02 persen, dengan kontribusi sektor manufaktur yang sangat kecil. Dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam yang telah beralih ke industri berbasis teknologi tinggi, Indonesia masih bergantung pada industri berbasis sumber daya alam.
Muhamad Ikhsan, akademisi Universitas Paramadina, menyoroti tanda-tanda deindustrialisasi dan ketertinggalan Indonesia dalam Global Innovation Index serta Economic Complexity Index. Ia merekomendasikan tiga strategi utama: reindustrialisasi, peningkatan inovasi, dan pengurangan ketimpangan pembangunan. Ariyo DP Irhamna, Peneliti CITI INDEF, mengkritik birokrasi pemerintahan yang dinilai terlalu besar dan tidak efisien. Ia juga menyoroti tren menurun pada Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur serta Total Factor Productivity (TFP) yang mengalami kontraksi. Sebagai solusi, ia merekomendasikan penguatan rantai nilai domestik dan reformasi kebijakan ekonomi. Tanpa strategi komprehensif dalam industri, inovasi, dan tata kelola pemerintahan, target pertumbuhan ekonomi 8% akan sulit dicapai.