Diskusi Publik INDEF bertajuk “Danantara: Menuju Transformasi atau Ambisi Sentralisasi?” dilaksanakan pada 25 Maret 2025 di Jakarta, membahas pembentukan struktur dan tata kelola Danantara Indonesia sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) baru. Diskusi ini menyoroti sejumlah persoalan terkait transparansi, independensi, dan potensi sentralisasi kekuasaan dalam pengelolaan aset BUMN melalui skema inbreng yang menunjuk PT Biro Klasifikasi Indonesia sebagai holding operasional.
Ariyo DP Irhamna menyoroti lemahnya kepatuhan Danantara terhadap Santiago Principles terkait independensi, transparansi, dan akuntabilitas, serta potensi konflik kepentingan dalam struktur kelembagaannya. Eko Listiyanto menekankan risiko sistemik akibat keterlibatan sektor perbankan dalam Danantara yang dapat mengganggu stabilitas sektor keuangan. Wahyu Jatmiko menggarisbawahi pentingnya legitimasi, tata kelola, dan strategi investasi yang jelas agar Danantara tidak mengulangi kegagalan SWF di negara lain. Sementara itu, Andry Satrio Nugroho mengkritisi potensi konflik kepentingan karena Danantara berperan ganda sebagai pemilik dan operator BUMN, serta dominasi agenda politik dalam arah investasinya.
Diskusi ini merekomendasikan perlunya pembenahan tata kelola, penguatan transparansi, penghindaran rangkap jabatan pada posisi strategis, serta penegasan peran Kementerian BUMN di tengah perubahan struktur pengelolaan BUMN melalui Danantara.