Angka kematian neonatal memberikan kontribusi tertinggi pada kematian balita secara global. Pola serupa juga terjadi di Indonesia. Selain itu, penurunan angka kematian neonatal di Indonesia lebih lambat dibandingkan angka kematian bayi dan balita. Selain digunakan sebagai dasar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemahaman tentang faktor-faktor yang terkait dengan kematian neonatal menjadi penting karena dapat berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi dan / atau balita. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Responden penelitian ini termasuk kelahiran dari wanita pernah kawin, yang meninggal selama periode neonatal dalam lima tahun terakhir sebelum survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan yang berlawanan dapat dilihat pada faktor-faktor yang terbukti memiliki signifikansi dalam kematian neonatal. Di satu sisi, lahir kedua, ketiga dan keempat dan seterusnya, berat lahir rendah, neonatus dengan interval kelahiran kurang dari 24 bulan dibandingkan dengan kelahiran sebelumnya, neonatus dengan ukuran lahir sangat kecil, neonatus dengan ayah yang menganggur lebih rendah. kesempatan untuk bertahan hidup pada periode neonatal. Di sisi lain, neonatus perempuan, neonatus dengan ibu tidak bekerja, neonatus yang ibunya bekerja di sektor pertanian, dan neonatus yang tinggal di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua cenderung lebih bertahan hidup pada periode neonatal. Untuk mengatasi hasil ini, penyediaan pendidikan kesehatan reproduksi, program dorongan bagi ibu hamil untuk mengendalikan penyakit medis yang sudah ada sebelumnya dan menjaga berat badan mereka selama kehamilan, program kesadaran bagi ibu untuk menjalani perawatan nifas, penyediaan pendidikan dasar untuk ayah, penegakan hukum cuti melahirkan yang lebih fleksibel, dan upaya untuk memperkuat fasilitas kesehatan diperlukan.
