Outlook sektor pertanian 2025 menyoroti tantangan utama seperti perubahan iklim, peningkatan kebutuhan pangan, dan aging farmer. Pemerintah berupaya memperkuat ketahanan pangan dengan meningkatkan kualitas benih, memperbaiki subsidi pupuk, serta memperluas lahan tanam dan hilirisasi pertanian. Selain itu, target swasembada pangan pada 2026 dan 2028-2029 menjadi dasar kebijakan yang mencakup penghentian impor pangan, peningkatan produksi komoditas utama, serta alokasi anggaran ketahanan pangan sebesar Rp139,4 triliun. Pendekatan Food-Energy-Water (FEW) Nexus juga menjadi fokus dalam transformasi sistem pangan, meskipun masih menghadapi kendala dalam produksi dan ketersediaan pangan.
Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional dan BULOG terus memperkuat swasembada pangan dengan menyusun neraca pangan dan mengamankan stok beras nasional hingga 10 juta ton pada akhir 2025. Indonesia telah berhasil memenuhi kebutuhan jagung, bawang merah, dan cabai tanpa impor, menunjukkan peningkatan ketahanan pangan domestik. BULOG juga berkomitmen menjaga stabilitas harga dan inflasi pangan dengan membangun ekosistem pangan terintegrasi dari hulu ke hilir. Di sisi lain, tantangan produktivitas padi dibanding Vietnam menjadi perhatian, di mana degradasi lahan dan rendahnya adopsi inovasi pertanian menghambat peningkatan hasil panen.
Untuk mencapai transformasi sistem pangan yang berkelanjutan dan berdaya saing, diperlukan strategi berbasis riset dan inovasi pertanian, revitalisasi penyuluhan, serta penguatan kelembagaan ekonomi petani. Reindustrialisasi dan hilirisasi pertanian menjadi peluang besar bagi peningkatan nilai tambah produk, sementara diversifikasi pangan diharapkan dapat meningkatkan gizi masyarakat dan mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu. Dengan langkah-langkah ini, sektor pertanian diharapkan menjadi lebih tangguh, inovatif, dan inklusif dalam mendukung ketahanan pangan nasional.