Optimalisasi Pemanfaatan Preferential Trade Agreement Indonesia – Peru

Kegiatan perdagangan luar negeri Indonesia masih banyak bergantung pada pasar tradisional. Sebagian besar ekspor Indonesia hanya dikuasai oleh lima negara utama. Pada tahun 2018, lima pasar ekspor utama Indonesia yaitu China, Jepang, Amerika Serikat, India, dan Singapura menguasai 50,92% dari total nilai ekspor Indonesia. Wacana diversifikasi pasar sudah ada sejak lama, namun hingga saat ini realisasi peningkatan ekspor di pasar baru belum tercermin dalam aktivitas perdagangan luar negeri Indonesia. Rencana Indonesia-Peru baru-baru ini untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dapat menjadi langkah awal bagi Indonesia untuk memulai diversifikasi pasar dan pembukaan pasar baru, khususnya pasar baru di Amerika Latin. Memang, hubungan bilateral Indonesia-Peru sudah berlangsung lama. Kedua negara telah menjalin kerja sama di bidang politik, ekonomi, budaya, dan lainnya melalui berbagai forum seperti World Trade Organization (WTO), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), dan United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). Kerja sama antara Indonesia dan Peru akhir-akhir ini direncanakan untuk ditingkatkan, salah satunya di bidang perdagangan.

Studi ini menganalisis dampak penerapan kebijakan PTA Indonesia-Peru terhadap ekspor-impor Indonesia dan Peru dengan menggunakan model Global Trade Analysis Project (GTAP). Kajian ini juga menganalisis Indeks Perdagangan Indonesia-Peru untuk mengetahui daya saing komoditas ekspor dan impor yang akan dikaji. Metode yang digunakan untuk menganalisis indeks perdagangan Indonesia-Peru adalah Trade Complementary Index (TCI), Export Product Dynamic (EPD), dan Relative Purchasing Capacity Index (RPCI). Data deret waktu ekspor-impor yang digunakan adalah data ekspor-impor selama lima tahun, dari 2014 hingga 2018. Komoditas yang dianalisis adalah komoditas HS 6 digit yang datanya tersedia selama lima tahun terakhir. Komoditas tersebut merupakan turunan dari sepuluh komoditas ekspor terbesar di HS 4 digit. Analisis model GTAP menunjukkan bahwa kebijakan PTA Indonesia-Peru akan menguntungkan kedua negara. Analisis TCI menunjukkan bahwa tingkat komplementaritas ekspor kedua negara termasuk dalam kategori sedang atau cukup komplementaritas dalam perdagangan. Analisis EPD menunjukkan bahwa posisi pasar sebagian besar komoditas Indonesia yang diteliti menunjukkan posisi yang menguntungkan (rising star position). Sementara itu, kerja sama ekspor Peru ke Indonesia memiliki potensi besar pada lima komoditas yang diteliti. Berdasarkan hasil analisis RPCI, hampir seluruh permintaan impor Peru untuk Indonesia pada komoditas yang diteliti relatif lebih tinggi dari permintaan global. Untuk komoditas impor Indonesia dari Peru, hasil analisis RPCI menunjukkan hal yang hampir sama. Hampir seluruh permintaan impor Indonesia untuk Peru pada komoditas yang diteliti relatif lebih tinggi dari permintaan global.

Hari & Tanggal

Waktu

Live

Bagikan

Penulis

Ely Nurhayati

Publikasi Terkait