Membangun Ekosistem Sepeda Motor Listrik

Kesadaraan masyarakat mengenai bahaya perubahan iklim telah mendorong konsumen untuk mulai pindah dari kendaraan konvensional yang menggunakan energi fosil ke kendaraan berbahan bakar listrik, khususnya mobil listrik. Meski demikian harga mobil listrik yang berkisar di atas Rp700 juta masih terlalu tinggi jika dibandingkan dengan daya beli mobil masyarakat Indonesia yang berkisar di Rp300 juta. Apalagi infrastruktur pengisian daya yang masih cukup terbatas sehingga membuat masyarakat cenderung ragu untuk berpindah dari mobil konvensional ke mobil listrik. Karena itu, pilihan yang saat ini berkembang adalah sepeda motor listrik.

Peluang pengembangan motor listrik dapat lebih berkembang dibandingkan mobil listrik karena pasarnya jauh lebih besar. Secara historical, bila dibandingkan dengan kendaraan konvensional, rasio kepemilikan mobil di Indonesia menjadi yang terendah ketiga di ASEAN sebanyak 99 unit per 1000 penduduk, sementara rasio kepemilikan motor sepeda motor di Indonesia relatif tinggi yakni sebesar 1 unit per 4 penduduk. Data Korlantas Kepolisian RI, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 146,11 juta unit yang mana 80,5 persen atau 117,74 juta unit diantaranya merupakan sepeda motor. Meski potensi besar namun ekosistem sepeda motor listrik juga perlu dibangun.

Hari & Tanggal

Waktu

Live

Bagikan

Penulis

  • Tauhid Ahmad merupakan alumni program sarjana dan Doktoral IPB University serta Magister Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia. Berpengalaman dalam kegiatan penelitian, pelatihan serta advokasi kebijakan lebih dari 25 tahun dengan beragam spefisikasi keahlian di bidang keuangan negara dan moneter, desentralisasi fiskal dan otonomi daerah serta pertanian, industri dan perdagangan internasional. Mengawali karir sebagai peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Jakarta hingga sebagai konsultan beragam kegiatan penelitian di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Pernah bekerja di Dewan Perwakilan Rakyat RepubIik Indonesia dan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagai staf ahli dan mengelola jurnal Jurnal Ekonomi Indonesia Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Pengalaman lainnya pernah menjadi anggota kelompok kerja Komite Industri dan Ekonomi Nasional dalam mendorong kebijakan industri nasional. Selain itu juga memiliki pengalaman penelitian dan kerjasama dengan pelbagai lembaga pemerintah maupun lembaga internasional, seperti Bank Dunia, UNDP, UNCTAD, GIZ, Ford Fondation, maupun lainnya. Kini aktivias sehari-hari menjadi Direktur Eksekutif INDEF sejak tahun 2019 hingga saat ini serta menjadi pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

  • Andry meraih gelar sarjana di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Berhasil menamatkan pendidikan magisternya di Studi Pembangunan, Institut Teknologi Bandung dengan predikat cum laude. Ia juga saat ini menjadi tenaga ahli anggota Komisi VI DPR RI. Sebelumnya, pernah menjadi asisten peneliti di Universitas Katolik Parahyangan dan Institut Teknologi Bandung. Minat penelitian Andry di bidang industri, perdagangan dan transportasi.

Dinda Maharani

Publikasi Terkait