[Diskusi Publik] Perang, Harga Minyak, dan Dampaknya bagi Ekonomi dan Bisnis di Indonesia

INDEF | 02/03/2022


File Materi Ahmad Heri Firdaus File Materi M. Rizal Taufikurahman File Materi Abdul Manap Pulungan

Invasi Rusia ke Ukraina semakin membuat harga minyak dunia melambung. Sebelumnya harga komoditas emas hitam ini sudah mengalami peningkatan seiring mulai pulihnya ekonomi sebagian besar negara di dunia akibat pandemi. Di tengah kenaikan harga minyak karena peningkatan permintaan global tersebut, geopolitik antara Rusia dan Ukraina memanas yang berakibat semakin mendorong harga minyak dunia melesat ke atas. Harga minyak jenis Brent menembus USD105 per barrel pada 24 Februari 2022 sesaat setelah Rusia menyerang Ukraina.

Minyak Bumi masih merupakan bahan energi utama bagi perekonomian dunia, sehingga konflik perang yang melibatkan negara-negara penghasil energi seperti Rusia – Ukraina ini akan membuat ketidakpastian harga dan pasokan minyak global. Rusia merupakan produsen minyak terbesar kedua di dunia dan bukan anggota OPEC, sehingga perang ini akan membuat harga minyak berpotensi kian meninggi dengan implikasi yang tidak ringan bagi pemulihan ekonomi baik di level global maupun nasional.

Perekonomian Indonesia pada 2021 telah lepas dari resesi dan mampu tumbuh positif di tingkat 3,69%. Capaian pertumbuhan ekonomi ini sekaligus menandakan fase pemulihan ekonomi nasional berjalan di sepanjang tahun 2021. Pada 2022 target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, menyiratkan upaya pemulihan ekonomi yang lebih akseleratif sehingga dapat segera menjalankan agenda transformasi ekonomi. Namun, perang dan harga minyak dunia yang tinggi dapat menjadi batu sandungan bagi pemulihan ekonomi dan meningkatkan ketidakpastian dunia bisnis. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi di tengah geopolitik global yang memanas dan kenaikan harga minyak dunia.