Diskusi Publik "Pengembangan Mobil Listrik Berbasis Baterai (Electric Vehicle/EV) di Indonesia"

INDEF | 20/04/2022


Materi Diskusi Publik

Saat ini, industri mobil listrik dunia mengalami peningkatan yang pesat. Berdasarkan proyeksi Bloomberg NEF, mobil listrik akan mendominasi penjualan mobil dunia pada tahun 2035. Meskipun begitu, pengembangan mobil listrik dunia masih menghadapi tantangan yang besar. Harga baterai yang digunakan dalam mobil listrik merupakan elemen termahal dalam struktur biaya mobil listrik, mahalnya harga baterai mobil listrik menyebabkan harga mobil listrik menjadi tidak terjangkau untuk konsumen jika dibandingkan dengan mobil konvensional. Salah satu alasan mahalnya harga baterai mobil listrik adalah langkanya Nikel sebagai bahan baku utama.

Dengan 21 juta ton cadangan nikel, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. Tidak hanya nikel, Indonesia juga memiliki material baterai penting lainnya seperti aluminium, tembaga, mangan, dan cobalt. Dengan memproduksi baterai mobil listrik sendiri, Indonesia dapat memproduksi mobil listrik dengan harga yang lebih murah. Hal ini juga mendukung tujuan Indonesia untuk melakukan transisi dari moda transportasi berbahan bakar fosil menjadi yang lebih ramah lingkungan.

Mobil listrik membutuhkan investasi yang sangat besar, seperti yang dilakukan oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Di antara tahun 2001 dan 2016, pemerintah pusat RRT telah mengeluarkan lebih dari USD 7.5 miliar untuk insentif investasi, pengembangan teknologi baterai mobil listrik, dan subsidi kendaraan bertenaga listrik. Dengan investasi yang besar dan berbagai regulasi yang tepat, pasar kendaraan listrik RRT berkembang dengan cepat. RRT telah berhasil mencapai skala ekonomis dengan memproduksi baterai mobil listrik dengan harga di bawah USD100/kWh, lebih murah dari harga rata-rata dunia sebesar USD137/kWh pada 2020. Lalu, apakah skala ekonomis yang sama juga dapat dicapai di Indonesia?

Di Indonesia sendiri, penjualan mobil listrik tumbuh berbasis baterai dengan pesat. Tahun 2021, tercatat penjualan mobil listrik setidaknya sebanyak 685 unit. Jumlah ini tumbuh besar lebih 4 kali lipatnya, dimana penjualan tahun 2020 hanya sebanyak 125 unit. Meski demikian, mobil tersebut umumnya dalam bentuk Completely Build Up (CBU) yang diimpor langsung dari negara asalnya, baik dari Korea, China dan Jepang dengan beragam model. Tantangannya adalah apakah pengembangan mobil listrik dapat dilakukan di Indonesia dengan dukungan industri Battery Electric Vehicle (BEV) yang saat ini tengah berpacu.