Seminar Internasional Ekonomi dan Keuangan Syariah: Kebijakan untuk Pemerintahan Prabowo

Pada tanggal 3 September 2024, INDEF menyelenggarakan seminar internasional bertema “Ekonomi dan Keuangan Syariah: Kebijakan untuk Pemerintahan Prabowo” yang bertujuan untuk membahas potensi dan tantangan dalam menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi Islam dunia. Acara ini berlangsung secara hybrid dan dimulai dengan sambutan dari Prof. Didik J. Rachbini selaku pendiri INDEF sekaligus memperkenalkan center baru yang ada di INDEF, yaitu Center for Sharia Economic Development (CSED INDEF). Center tersebut memiliki visi menjadi pusat keunggulan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah bertaraf internasional.

Acara dilanjutkan dengan penyampaian pidato oleh Sekretaris Menteri BUMN, Rabin Indrajad Hattari, Ph.D. Beliau menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi syariah global, didukung oleh populasi Muslim terbesar di dunia dan infrastruktur ekonomi syariah yang kuat. Meskipun demikian, penetrasi perbankan syariah masih rendah, hanya 6,87%, menunjukkan peluang bisnis yang belum tergarap sekitar USD 300 miliar. Infrastruktur tersebut mencakup ribuan lembaga keuangan syariah seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Bank Umum Syariah (BUS), serta ratusan ribu masjid, mushola, pesantren, dan sekolah Islam. Di bidang haji dan umrah, Indonesia melayani sekitar 1,2 juta jamaah umrah dan 100 ribu jamaah haji setiap tahunnya melalui 906 agen perjalanan dan 1.577 KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji). Potensi ekonomi syariah juga didukung oleh sektor produk halal dengan lebih dari 749.971 produk bersertifikat halal dan perkembangan e-commerce syariah, serta sekitar 500 rumah sakit Islam yang mencakup 16,1% dari seluruh rumah sakit di Indonesia.

Pada kesempatan ini, Wakil Presiden RI, Prof. Dr. (H.C) K.H. Ma’ruf Amin, juga memberikan pidato tentang masa depan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dimulai sejak awal 1990-an dengan pendirian lembaga-lembaga perbankan syariah. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Indonesia berhasil meningkatkan peringkatnya secara global dalam ekonomi dan keuangan syariah dari posisi ke-10 menjadi posisi ke-3. Selain itu, Indonesia telah berhasil mempertahankan posisi ke-2 di dunia dalam sektor makanan halal, yang menunjukkan kemampuan negara ini untuk menjadi pemimpin dalam industri halal global. Di sektor fesyen muslimah, Indonesia juga berhasil mencapai posisi ke-3, menegaskan peran pentingnya dalam industri fesyen modest yang semakin berkembang. Prestasi lain yang disorot dalam slide ini adalah peringkat pertama Indonesia dalam Global Muslim Travel Index 2024. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya maju dalam sektor keuangan dan makanan halal, tetapi juga menjadi destinasi utama bagi wisatawan Muslim di seluruh dunia. Secara keseluruhan, slide ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat dan semakin penting dalam ekonomi syariah global.

Dokumentasi INDEF (dari kanan ke kiri) : Prof. Dr. (H.C) K.H. Ma’ruf Amin (Wakil Presiden Republik Indonesia), Prof. Didik J. Rachbini (Pendiri INDEF), Dr. Esther Sri Astuti (Direktur Eksekutif INDEF), Prof. Nur Hidayah (Ketua CESD INDEF)

Setelah menyampaikan pidatonya, Wakil Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. (H.C) K.H. Ma’ruf Amin kemudian meresmikan berdirinya Center for Sharia Economic Development (CSED INDEF) dengan memukul gong sebagai simbolisasi, didampingi Direktur Eksekutif INDEF Dr. Esther Sri Astuti, Ketua CSED Prof. Nur Hidayah, dan Pendiri INDEF Prof. Didik J. Rachbini.

Acara dilanjutkan dengan pelaksanaan seminar yang terdiri dari dua sesi diskusi yang menghadirkan berbagai pakar dari dalam dan luar negeri, membahas strategi dan kebijakan untuk memperkuat ekonomi syariah di Indonesia. Diskusi pertama menghadirkan pakar seperti Prof. Dato’ Dr. Mohd Azmi Omar dari INCEIF University, Dr. Erdiriyo dari Kemenko Perekonomian, dan Dr. Abdul Hakam Naja dari INDEF, dengan moderator Prof. Murniati Mukhlisin. Diskusi kedua menampilkan Defri Andri, M.A. dari OJK, Prof. Mehmet Asutay dari University of Durham, dan Dr. (H.C) Ir. H. Suharso Monoarfa, M.A., Menteri PPN, dengan moderator Prof. Nur Hidayah.

Seminar ini menyoroti pentingnya pendidikan, regulasi, literasi, dan interkoneksi dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. CSED INDEF menekankan perlunya harmonisasi regulasi dan penguatan infrastruktur pendukung, termasuk lembaga keuangan syariah dan sertifikasi halal, serta pentingnya literasi dan edukasi. Inovasi produk dan layanan, terutama melalui teknologi digital, juga dianggap krusial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Selain itu, peningkatan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat diperlukan untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah, dengan perhatian khusus pada pemberdayaan UMKM. Peningkatan daya saing dan inklusivitas juga ditekankan, termasuk pengembangan sumber daya manusia, perluasan akses keuangan syariah, serta pengembangan ekonomi hijau yang sesuai dengan prinsip syariah.

Bagikan

Penulis

Video
Putar Video

Media Terkait