Dengan 21 juta ton cadangan nikel atau setara 30 persen produksi nikel dunia, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. Tidak hanya nikel, Indonesia juga memiliki material baterai penting lainnya seberti aluminium, tembaga, mangan, dan cobalt. Dengan memproduksi baterai mobil listrik sendiri, Indonesia dapat memproduksi Battery Electric Vehicle (BEV) dan Electric Vehicle (EV) dengan harga yang lebih kompetitif, khususnya untuk pasar mobil listrik berbasis batterai. Hal ini juga mendukung tujuan Indonesia untuk melakukan transisi dari moda transportasi berbahan bakar fosil menjadi yang lebih ramah lingkungan.
Pasar mobil listrik di Indonesia sangat besar. Gaikindo (2022) mencatat pasar mobil listrik, khususnya BEV di Indonesia masih sebesar 0,1 persen. Apalagi rasio kepemilikan mobil di Indonesia sendiri masih rendah yakni 99 unit/1000 penduduk atau masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Malaysia mencapai 490 unit /1000 penduduk, Thailand mencapai 275 unit/1000 penduduk, bahkan Singapura mencapai 211 unit/1000 penduduk. Untuk itu, mengembangkan pasar dalam negeri sangat dimungkinkan dengan optimalisasi pemanfaatan sumber bahan baku yang melimpah di dalam negeri.