Pembangunan Diatas Pijakan Rapuh

Attachment

Di tengah melambatnya kinerja perekonomian global akibat lambannya pemulihan krisis Amerika Serikat dan Uni Eropa, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga Triwulan III- 2012 mencatatkan diri sebagai nomor dua di Asia, yaitu sebesar 6,29 persen. Capaian pertumbuhan ekonomi ini diikuti oleh tingkat inflasi yang cukup terjaga, di angka 4,32 persen yoy (year on year) per November 2012; nilai tukar yang relatif stabil, sebesar Rp9.613 per dollar Amerika Serikat pada 6 Desember 2012; serta cadangan devisa yang mencapai US$110.297 juta per Oktober 2012. Namun, jauh panggang dari api, relatif stabilnya kinerja makro ekonomi Indonesia sepanjang 2012 tersebut terasa rapuh, karena tidak segera tertransmisikan pada perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat secara nyata. Produk Domestik Bruto/PDB yang hingga Triwulan III-2012 mencapai Rp6.151,6 triliun (atas dasar harga berlaku) ternyata diikuti dengan jumlah pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi, serta diperparah dengan tingkat ketimpangan yang melebar. Hingga Agustus 2012 jumlah pengangguran masih 7,24 juta orang; jumlah penduduk miskin masih sebanyak 29,13 juta orang; serta indeks Rasio Gini -yang merupakan salah satu indikator umum untuk mengukur tingkat ketimpangan ekonomi- naik dari 0,33 pada 2004 menjadi 0,41 pada 2011. Ini merupakan nilai ketimpangan paling parah sejak Indonesia merdeka.

Share

Author

Publikasi Terkait